Jumat, 06 Juli 2012

PENGENDALIAN SOSIAL


PENGENDALIAN SOSIAL
Adalah suatu mekanisme untuk mencapai keserasian antara stabilitas dengan perubahan-perubahan dalam masyarakat. Tujuan dari pengendalian sosial adalah melalui keserasian antara kepastian dengan keadilan/kesebandingan.

Dari sudut sifatnya, pengendalian dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Pengendalian Preventif
Merupakan suatu usaha pencegahan terhadap terjadinya gangguan-gangguan pada keserasian
2. Pengendalian Represif
Berwujud penjatuhan sanksi terhadap warga masyarakat yang melanggar atau menyimpang dari kaidah-kaidah yang berlaku.






Dari sudut caranya, terbagi menjadi dua, yaitu :
1.Paksaan atau Koersif
 Cara koersif lebih menekankan pada tindakan atau ancaman yang menggunakan kekerasan fisik.
2. Cara Persuasif
Cara persuasif lebih menekankan pada usaha untuk mengajak atau membimbing anggota masyarakat agar dapat bertindak sesuai dengan aturan atau norma yang berlaku dimasyarakat.

Di samping cara-cara dan sifat-sifat pengendalian sosial, dikenal pula teknik-teknik seperti :
1. Compultion
Di dalam compultion, diciptakan situasi sedemikian rupa sehingga seseorang terpaksa taat atau mengubah sikapnya, yang menghasilkan kepatuhan secara tidak langsung
2. Pervasion
Penyampaian norma atau nilai yang ada diulang-ulang sedemikian rupa dengan harapan hal tersebut masuk dalam aspek bawah sadar seseorang. Dengan demikian, orang tadi akan mengubah sikapnya sehingga serasi dengan hal-hal yang diulang-ulang penyampaiannya itu

Cara Pengendalian Sosial Melalui Sosialisasi
Melalui sosialisasi seseorang dapat menjalankan peran sesuai dengan yang diharapkan masyarakat. Melalui sosialisasi seseorang diharapkan dapat menghayati (menginternalisasikan) norma-norma, nilai di masyarakat dan menerapkan dalam perilakunya sehari-hari.

Cara Pengendalian Sosial Melalui Tekanan Sosial
Lapiere pada tahun 1954 berpendapat bahwa pengendalian sosial merupakan suatu proses yang lahir dari kebutuhan individu akan penerimaan kelompok. Keinginan kelompok dapat digunakan untuk menerapkan norma-norma yang ada agar para anggotanya dapat merealisasikannya.


Bentuk-bentuk Pengendalian Sosial
Bentuk-bentuk pengendalian sosial antara lain:
1. Desas-desus (Gosip)
Merupakan “kabar burung” atau “kabar angin” yang kebenarannya sulit dipercaya.
2. Teguran
Merupakan peringatan yang ditujukan pada pelaku pelanggaran. Bisa dalam wujud lisan maupun tulisan.
3. Hukuman ( Punishment)
Adalah sanksi negatif yang diberikan kepada pelaku pelanggaran tertulis maupun tidak tertulis.

4. Pendidikan
Pendidikan membimbing seseorang agar menjadi manusia yang bertanggung jawab dan berguna bagi agama, nusa dan bangsanya.
5. Agama
Merupakan pedoman hidup untuk meraih kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Sebagai pemeluk agama seseorang harus menjalankan kewajiban dan menjauhi larangan.
6. Kekerasan Fisik
Kekerasan fisik akan dijalankan sebagai alternatif terakhir dari pengendalian sosial, apabila alternatif lain sudah tidak dapat dilakukan.

Pengertian sejarah menurut para ahli


Beberapa pengertian sejarah menurut para ahli


Pengertian Sejarah Menurut Drs. Sidi Gazalba 
sejarah sebagai masa lalu manusia dan seputarnya yang disusun secara ilmiah dan lengkap meliputi urutan fakta masa tersebut dengan tafsiran dan penjelasan yang memberi pengertian dan kefahaman tentang apa yang berlaku.

Pengertian Sejarah Menurut "Bapak Sejarah" Herodotus
Sejarah ialah satu kajian untuk menceritakan suatu perputaran jatuh bangunnya seseorang tokoh, masyarakat dan peradaban.


Pengertian Sejarah Menurut Aristotle
Sejarah merupakan satu sistem yang meneliti suatu kejadian sejak awal dan tersusun dalam bentuk kronologi. Pada masa yang sama, menurut beliau juga Sejarah adalah peristiwa-peristiwa masa lalu yang mempunyai catatan, rekod-rekod atau bukti-bukti yang konkrit.

Pengertian Sejarah Menurut Patrick Gardiner 
sejarah sebagai ilmu yang mempelajari apa yang telah diperbuat oleh manusia.

Pengertian Sejarah Menurut R. G. Collingwood
Sejarah ialah sebuah bentuk penyelidikan tentang hal-hal yang telah dilakukan oleh manusia pada masa lampau.




Relevansi antara sejarah dan sosiologi

            Keterkaitan anatara sejarah dengan sosiologi yaitu sama – sama membahas mengenai kejadian berada di dalam masyarakat. Entah itu berupa konflik ataupun pengalaman yang terjadi pada masa lampau, masa kini, ataupun masa yang akan datang.
Bukan hanya itu, 2 (dua) hal ini sangat berkesinambungan sebab kedua hal ini memerlukan fakta dan penelitian yang jelas mengenai apa – apa saja yang di lakukan oleh masyarakat itu sendiri

Bakiak


 
Bahan – bahan  membuat bakiak:
  1. Balok ukuran tipis / bambu
  2. Karet ban bekas / tali
  3. paku dan palu




Permainan Bakiak? Hmmm.. permainan ini adalah permainan kebudayaan dari daerah Sumatra barat (mungkin). Permainan bakiak ini sudah ada sejak jaman dahulu kala bahkan masih ada sampai saat ini dan dimainkan oleh banyak kalangan. Alat – alat dan cara bermainnya pun mudah. Di permainan ini sangat di butuhkan kekompakan dari setiap team, karena kurangnya kekompakan dari setiap team akan mempersulit kemenangan.

            Permainan ini minimal pemainnya 3 orang,, mungkin maximal nya 5-7 pemain karena lebih dari itu akan memperburuk ke efektifan permainan bakian. Cara bermainnya pun sangat mudah , cari pemain minimal 3 orang, kemudian kaki setiap pemain di masukan ke pijakan bakiak, kemudian bergerak maju serentak bersamaan. Jika kaki kanan duluan yang bergerak maka pemain lainya juga harus mengikutinya. Maka dari itu, kekompakan setiap team di perlukan di permainan ini.

Kebudayaan yang Mudah dan tidak mudah Diterima Indonesia

BUDAYA YANG MUDAH DITERIMA DAN TIDAK MUDAH DITERIMA

Mungkin sudah banyak yang mengatakan atau tahu Budaya mana yang mudah diterima oleh banyak orang itu budaya yang bagaimana? Beberapa orang mungkin sudah menganalisa juga Budaya yang lebih gampang di terima itu budaya yang seperti apa. Setelah banyak yang membuktikan atau mencari tahu budaya mana yang mudah diterima tentu saja budaya yang berbau dan lebih ke arah negatif. Manusia lebih menyukai budaya yang tidak benar atau bisa saja di bilang kearah negatif.

Kalau berbicara Budaya mana yang mudah dan tidak mudah diterima di INDONESIA ini lebih banyak budaya yang lebih ke arah budaya asing atau luar sana, karena di pergaulan jaman sekarang kebanyakan anak muda itu lebih cenderung mengikut-ikut pergaulan budaya luar yang selalu tampil lebih terbuka dan lebih bergaya ke borju-borjuan (kemewah-mewahan).Budaya dari luar itu hampir tidak memilki aturan moral dan bisa dibilang pergaulan sosialnya itu bebas,karena faktor orangtua yang berperan itu sedikit.

Kalau Budaya yang tidak mudah diterima itu di jaman sekarang seperti Budaya yang sudah ada dari jaman dahulu, mungkin di anggap telah ketinggalan jaman (jadul) atau juga anak muda jaman sekarang sudah bosan menjalani budaya yang banyak larangan dan aturan-aturannya seakan-akan kalau kita tidak mengikuti gaya kebarat-baratan atau pun budaya dari luar sudah sangat ketinggalan jama, padahal dengan kita menjalani budaya yang sudah ada dari sejak dahulu kala / budaya yang kita sendiri yang berpaku pada agama masing-masing setiap orang, kita juga bisa bergaul seperti orang-orang biasanya.

FAKTOR YANG MEMBUAT BUDAYA ASING MUDAH DITERIMA :
1. Faktor kurangnya pengawasan orang tua
2. Fakto pertemanan / pergaulan
3. Faktor lingkungan
4. Fakor teknologi
Dari faktor-faktor di atas ini sangat berpengaruh untuk perkembangan anak bangsa / penerus-penerus pahlawan bangsa. Faktor-faktr ini harus benar-benar di perhatikan dan jangan sekalipun di anggap remeh.

FAKTOR KURANGNYA PENGAWASAN ORANG TUA :
Kalau orang tua tidak memperhatikan atau memperdulikan perkembangan anaknya, sudah dipastikan anak akan menjadi tidak teratur. Banyak anak yang perilaku dan sifatnya buruk dikarenakan orang tua yang sudah jarang memperhatikan dan pergaulan anak nya. Selalu menuruti kemauan anak dan takut kepada anak itulah yang membuat anak menjadi liar. Sehingga anak mudah saja menerima budaya luar ataupun asing dan mempergunakan budaya tersebut di kehidupannya karena kurangnya faktor orang tua. Dengan kurangnya pengawasaan orang tua, orang tua tidak tahu perkembangan anaknya sejauh mana, mungin anak sudah termakan jaman dan berprilaku mengikuti budaya barat yang tidak begitu mempunyai tata krama yang baik.

FAKTOR TEMAN / PERGAULAN :
Faktor pertemanan juga sangat begitu berpengaruh, kalau saja salah memilih teman ataupun pergaulan sudah dipastikan akam membuat prilaku sangat jati diri menjadi terganggu . Teman itu salah satu menjadi penentu baik buruknya prilaku kita kedepannya,teman yang merugikan bisa melunturkanb budaya luhur yang nenek moyang kita. Bermula dari iseng0iseng dengan teman mencoba perbuatan yang tidak-tidak bisa-bisa membuat ketagihan melakukan kenegatifan. Faktor inilah yang menentukan perilaku keseharian kita ketika kita tidak sedang berada di rumah. Teman bisa menjerumuskan kita ke arah negatif jika kita salah memilih teman , sehinnga gampang dan mudah untuk meniru kebudayaan-kebudayaan yang datang dari luar di karenakan teman-teman yang sudah jauh mengikuti perkembangan jaman budaya luar / barat. Jadi , budaya luar yang sering dianggap negatif itulah yang gampang diterima oleh kebanyakan orang dan lebih banyak di gandrungi anak-anak muda jaman sekarang.

FAKTOR LINGKUNGAN :
Faktor lingkungan didasari dari tempat tinggal,bisa juga lingkungan bermainnya atau juga lingkungan sekolah. Biasanya budaya yang gampang diterima yaitu dari lingkungan dimana kita berpijak / berada, kebanyakan budaya baratlah yang digandrungi anak jaman sekarang. Karena dengan budaya barat kita akan terlihat lebih keren dan tampil berbeda dimata orang-orang, jika lingkungan sekitar kita banyak yang mnggunakan budaya luar / barat , maka kita juga bisa terpengaruh untuk mengikuti budaya luar. Lingkungan kita berada sekarang ini jika menggunakan budaya luar ,maka kita mudah terpengaruhi untuk mengikutinya. Itu sebabnya , budaya yang gampang diterima di masyarakat adalah budaya yang lebih banyak digunakan lingkungan sekitar, dan kebanyakan jaman sekarang lebih menggunakan budaya kebarat – baratan. Dan kita juga otomatis mengik¬uti budaya tersebut.

FAKTOR TEKNOLOGI :
Difaktor ini tekhnologi bisa disebut faktor yang berpengaruh karena ¬-tekhnologilah yang banyak menyebarkan aliran atau ajaran budaya luar/kebarat-baratan. Banyak masyarakat yang menggunakan tekhnologi untuk melakukan aktifitas kesehari-hariannya,dengan menggunakan tekhnologi jaman sekarangsecara tidak langsung sudah mengikuti budaya luar. Contohnya seperti internet, dari internet kita akan menemukan kebanyakan budaya dari luar. Internet itu sendiri sudah termasuk budaya dari luar,maka tanpa kita sadari kita menggunakan internet dan menyenangi budaya luar. Maka dari itu, internet sangat mempengaruhi masuknya budaya luar kedalam diri kita. Dengan menggunakan teknologi itu sendiri, kita akan merasa budaya luar lebih enak kita lakukan di banding budaya dari dalam sendiri.

Kerusuhan KALBAR dan KALTENG



1.     Meletusnya kerusuhan kalbar dan kalteng
Sejumlah konflik komunal berdarah telah mengguncang beberapa daerah di Indonesia pada sekitar akhir 1990-an hingga awal 2000-an. Gelombang konflik dengan kekerasan ini merisaukan banyak kalangan, disamping lantaran lambannya penyelesaian oleh Negara, juga menyangkut jatuhnya korban yang tidak sedikit. Berbagai penjelasan dan hipotesis telah dikemukakan untuk menganalisis terjadinya konflik. Ada pandangan bahwa transisi politik otoritarianisme menujudemokratisasi diduga sebagai salah satu variable antara terjadinya berbagai konflik komunal di nusantara yang multicultural ini.
Keadaaan ketidakpastian di masa transisi rezim telah menyebabkan gejala lemah dan gagalnya Negara dalam menegakan aturan dan control terhadap masyarakat. Beberapa pihak juga mengaitkan akumulasi dampak negative pembangunan Orde Baru, seperti ketidakadilan (marginalisasi), kesenjangan ekonomi, maupun factor cultural dan rusaknya jaringan social budaya local-tradisional sebagai sumber pendukung pecahnya konflik komunal, sebagaimana yang terjadi di Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan beberapa daerah lainnya di Indonesia.
Konflik kekerasan yang terjadi di provinsi kalbar dan kalteng bisa dikatakan sebagai kerusuhan antar-etnik. Kelompok masyarakat yang mengatas namakan dirinya sebagai suku asli Kalimantan yang disebut etnik Dayak dan Melayu, berhadapan dengan kelompok masyarakat yang dianggap sebagai pendatang dari pulau Madura (Etnik Madura). Saling bunuh tak terhindarkan bagaikan antaretnik sudah tidak saling percaya dan mengangggap eksistensim suku yang satu menjadim penghalang eksistensi suku yang lain.
Kerusuhan pecah pada akhir Februari 2011 di wilayah Kalteng. Ribuan orang Dayak yang bersenjatakan busur, panah, tombak memburu warga ,dari etnik Madura. Tindakan perusuhan dan perusakan nyaris berlangsung di semua desa.kerusuhan semula terjadi disekitar sepekan di kota Sampit, namun kemudian merembet ke Kuala papuas, Pangkalan Bun, dan palangkaraya. Kurang dari dua pecan, orang dayak telah memburu lebih dari 400 orang Madura dan 80.000 sisanya dipaksa keluar dari bumi Kalimantan untuk kembali ke daerah asalnya di Pulau Madura.


Dua tahun sebelumnya kerusuhan serupa meletus di Kalbar, Yakni tepatnya pada Februari 1999 yang terjadi di Kabupaten Sambas. Pada kejadian di Sambas, etnik Dayak membantu etnik Melayu dengan target yang sama, yakni suku Madura. Catatan resmi menyebutkan korban menunggal sekitar 200 orang. Konflik ini masih berlanjut, sebab setahun kemudian pada 25 Oktober 2000, Massa dalam jumlah besar kembali mengepung GOR Pontianak, tempat penampungan pengungsi dari kelompok etnik Madura.
Kendati dari sudut actor pelaku tindak kekerasan dilapangan terdapat persamaan, dari karakteristik dan sumber konflik diantara keduanya terdapat perbedaan yang cukup mendasar. Konflik etnik di Kalbar, khusunya antara dayak  melawan Madura memiliki sejarah yang panjang dan telah berlangsung beberapa decade. Pertikaian terjadi sejak 1950-an antara etnik dayak dan Madura yang tiada berkesudahan dan telah mengakibatkan ribuan orang terbunuh dari kedua pihak. Hubungan social antar-etnik di wilayah ini tidak berjalan dengan baik. Konflik lebih mengemuka dibanding dengan kerja sama, serta integrasi gagal terwujud.
Berkurangnya daya dukung lingkungan akibat pembangunan yang merusak lingkungan serta memarginalkan penduduk asli setempat telah mengakselerasi dan mengakumulasi prasangka antar-etnik, sementara dilain pihak pola pemukiman khususnya warga Madura tersegregasi secara eksklusif. Pemukiman-pemukiman yang terpisah dari penduduk setempat ini telah mempersulit terjadinya kontak social dengan warga etnik lain. Situasi berbeda akan terlihat di Kalteng, dimana dalam sejarahnya hampir dapat dikatakan tidak pernah terjadi konflik yang menjurus pada kekerasan, kecuali menyangkut bebrapa konflik kecil.
Hubungan social antara warga pendatang dengan penduduk asli terjalin dengan cukup baik, kendati mulai diperumit dengan masalah semakin terdesaknya suku asli Dayak dari kehidupan ekonomi. Itulah mengapa banyak pihak yang terkejut bagaimana mungkin kerusuhan di sampit pada 2001 menjadi sangat massif dan mengakibatkan ratusan orang tewas.
Ada beberapa factor penyebab mengapa konflik di kalbar dan kalteng bisa meluas. Selain kebijakan komersialisasi hutang yang cenderung membuat rakyat setempat menjadi frustasi, tidak ditegakannya hokum oleh aparat keamanan , situasi politik yang tidak menentu, resesi ekonomi, euphoria otonomi daerah, kemajuan etnisitas, tidak adanya budaya dominan, dan adanya perbedaan budaya antara kaum pendatang dengan penduduk setempat. Yang tidak kalah pentingnya adalah kemungkinan peranan provokator khususnya yang terjadi di kalteng.
Jelas terdapat perbedaan antara kalangan kulturalis dan strukturalis dalam member gambaran sistematis tentang kehidupan kota-kota (kecil-menengah) di luar jawa. Sisi cultural mendasarkan analisisnya pada indicator-indikator seperti tingkat kekerabatan dari kelompok-kelompok etnik dan agama, munculnya sikap-sikap intoleran dan sejarah dari konflik komunal. Sementara pandangan structural mengamati sejumlah variable seperti masalah pengangguran, mobilitas social, , pendidikan, dan indicator kehidupan social lainnya seperti tingkat kelahiran dan kematian. Senantiasa ada perdebatanbagaikan tiada akhir dan tak bertepi dalam member penjelasan atas suatu konflik komunal, yakni apakah itu bersumber dari factor adanya dendam primordial ataukah akibat dampak dari mobilitas social.
Salah satu penjelasan structural menyatakan bahwa kepentingan ekonomi merupakan variable penting bagi konflik komunal. Penting diperhatikan mengenai seberapa banyak warga yang tidak lagi bekerja di penghidupan utamanya semula sebagai petani dan nelayan. Orang-orang semacam itu akan menetap di kota atau bergantung padanya untuk mencari penghidupan. Disini terjadilah peningkatan dalam populasi pekerjaan non-pertanian, yang disebut de-agrianisation, sebagai fenomena yang terjadi di banyak Negara fenomena memperlihatkan adanya penurunan ketergantungan pada bidang pertanian yang disebabkan oleh peningkatkan masukanya kehidupan kota di pedesaaan.
Indonesia selama masa orde baru merupakan salah satu Negara yang mengalami pergeseran besar-besaran sehingga banyak warga meninggaikan dan tidak lagi bekerja di lahan pertanian semua provinsi di Indonesia praktis mengalami situasi  macam ini, dimana kalbar dan kalteng termasuk provinsi yang mengalami tingkat de-agrarianisasi paling pesat bila dibandingkan data tahun 1970-1980-an dengan data tahun 1990-an. Inilah mengapa kedua wilayah itu secara struktur menjadi lebih “tidak stabil” pasca 1998.