Minggu
ini, kita memasuki tahun baru 2012. Tahun 2011 telah meninggalkan kita.
Di
berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia, ada di antaranya kebiasaan orang
dalam menyambut pergantian tahun Masehi merayakannya dengan bergadang semalam
suntuk, pesta kembang api, tiup trompet pada detik-detik memasuki tahun baru,
pertunjukan semalam suntuk, atau cara lainnya.
Berbeda halnya dengan
pergantian tahun baru hijriah, banyak masyarakat yang tidak merayakannya,
bahkan sekadar tahu saja mereka mungkin tidak. Memang perayaan tahun baru
hijriah tidak dituntut untuk merayakannya dengan menyalakan kembang api, meniup
terompet, ataupun kumpul di pusat kota dengan tujuan yang tidak jelas. Tetapi
lebih kepada bagaimana memaknainya.
Kita lebih dituntut untuk
merefleksikan apa yang telah kita lakukan pada tahun sebelumnya, dan diharapkan
lebih baik pada tahun selanjutnya.Sebagian umat Islam, tidak ketinggalan dan
sudah mulai terbiasa di beberapa tempat, diadakan ceramah agama, dan zikir
berjemaah menyongsong pergantian tahun. Kegiatan seperti ini, meskipun ada
manfaatnya, tetapi oleh sebagian pihak umat Islam menganggapnya sebagai bid’ah,
sesuatu yang tidak ada contohnya baik dari Rasulullah SAW maupun dari para
sahabat rasul.Pada hakikatnya setiap pergantian tahun
umur kita tidaklah bertambah, tetapi sebaliknya, berkurang, semakin mendekat ke
akhir hayat, ke kematian. Penanggalan Masehi yang berdasarkan peredaran
matahari memang mendahului penanggalan Islam, Hijriyah yang berdasarkan
peredaran bulan, sehingga ada perbedaan 11-12 hari dalam setiap tahunnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar